Air Terjun Pancuran Rayo, Kerinci.
sekian windu mantra dibaca panjatkan doa
tak mendaki langkah ke puncak hajat sebuah hasrat tiba-tiba waktu mendadak asin ketika tanah warisan–tanah subur–tanah makmur berubah jadi dongeng-dongeng lunak
ditempel pada sebongkah batu
sementara orang-orang di ujung sana menyembelih hutan
untuk berpesta sambil mengintip celah-celah hitam
gunung kelabu berselimut asap mengoyak kota
engkau dan aku dipaksa turut berpesta menghitung berapa banyak jumlah air mata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar